Rainbow is Me

do you know why I Love Rainbow ? cause it's seems like me :) ..... 1. WHITE. Actually, doesnt have many colors, it just white aura that can be separated, it saved inside the deepest heart, tak ada yang dapat mengganggu kesucian dan kemurniannya, agar tak mengganggu keikhlasannya untuk melaksanakan tugas mulia yang diperintahkan-Nya.*** 2. Has a variety of colors in each of her curves, mempunyai banyak sikap seolah banyak kepribadian, padahal ia hanya mempunyai satu kepribadian yang teguh.*** 3. Always displays the bright colors on its surface, and hides cloudy colors on its inside, agar tak ada orang yang bisa melihat kesedihannya.*** 4. its presence soft to touch the earth, karna hanya orang yg bnar2 peduli padanyalah yang slalu mencari keberadaanya bahkan menunggu dengan sabar untuk sekedar memandangnya dari kejauhan bumi dan langit. -it's wonderful and mostly perfect-

Wednesday, May 25, 2011

c.a.n.t.i.k :')

Cantik itu relatif..!!
Setiap orang mempunyai kecantikannya tersendiri, karena tak ada orang yang tak cantik.
Tapi cantik terasa lebih indah jika kau mengenalnya lebih dekat. Bukan dengan hanya memandanginya, apalagi sekilas meliriknya. Karena bunga mawar tidak dapat diketahui apakah ia bunga sebenarnya atau palsu yang hanya terbuat dari plastik. Apakah ia sehat berseri atau merintih dengan kesakitannya. Harum mewangi atau bau busuk menyelimuti. Terlahir dengan kecantikan alami, atau palsu melawan takdir.

Wahai c.a.n.t.i.k ....
kau adalah mawar itu.

Dan ijinkan pula ku mengenalmu lebiiiih... danb lebiihhh dekat =9


words are never be spoken, but you wrote it beautifully ...
what a nice poem!! thank you :)
-25 Mei '11-

Tuesday, May 17, 2011

A first letter for My God

My last praying in last time of my dream
Semoga hasilnya selalu yang terbaik, fiiddunya wal aakhiroh.
Semoga yang terbaik itu adalah FK UGM, Pend. Dokter.
Dan, semoga saya bisa memahami dengan baik apa itu tawakal.


17 Mei 2011. 

Ya Allah, hari ini telah tiba. Detik2 dimana Engkau akan menjawab semua doa-doa hamba. Hari dimana hamba telah menanti selama 17 tahun lebih, apakah hamba bisa mencapai impian hamba. Apakah impian hamba adalah yang terbaik untuk hamba atau tidak. Mungkin jawabannya “Ya”, menurut hamba, tapi tidak menurut-Mu, hamba belajar pasrah. Ya Allah, hamba baru tersadar oleh satu lagi pelajaran yang Kau ajarkan langsung kepada hamba, mengenai arti pasrah, tawakal, yang mungkin terlupakan karena ambisius hati. Mungkin tanpa sadar hamba berdoa dalam bentuk pemaksaan terhadap Engkau. Maka sekali lagi hamba memohon, “Ampunilah hamba Yaa Rabb”. Ya Allah, hamba sangat bersyukur begitu banyak nikmat yang kau berikan, harusnya itu tak membuat hamba meminta lebih banyak lagi dari Engkau. Tapi rasanya hati ini terus menyebutkan impian itu, entah kapan itu bermula, hingga hamba sulit mengakhirinya, hingga hamba terus berupaya mewujudkan panggilan hati hamba. Hamba tau Engkau menyusupkan sesuatu yang tak dapat hamba pahami, kedalam hati hamba. Hamba tau Engkau bahkan mengirimkan malaikat2 yang tak dapat hamba ketahui jumlahnya, untuk memberi semangat kepada hamba, mengingatkan hamba ketika timbul sedikit pemikiran kufur terhadap-Mu, ketika hamba meragukan kebesaran-Mu untuk mengabulkan mimpi2 hamba, ketika para yahudi dan nasrani menari di atas impian hamba. Selalu dan selalu ada yang bisa menjawab dari logika kritis yang timbul dalam otak ini. Sehingga timbul keyakinan. Yakin yang begitu yakin, seyakin yakinnya, haqqul yakin insya Allah terhadapmu Ya Allah. Trimakasih. Harusnya ketika itu hamba sadar juga apa arti pasrah. Harusnya hamba paham bahwa tak ada nilai berupa angka pada sistem penilaian mu Ya Allah. Engkau tak memandang hasil, namun proses atau ikhtiar suatu hambamu dalam meraih apa yang ia inginkan. Harusnya yang hamba lakukan adalah melihat kembali niat hamba dalam memimpikan sesuatu. Harusnya hamba memperbaiki niat itu. Setulus tulusnya sebuah niat. Maka apa yang telah hamba lakukan pada hari yang tlah lalu, semoga dimata-Mu adalah waktu yang belum terlambat. Semoga itu adalah niat yang tulus setulusnya dari dalam hati hamba. Semoga niat itu akan hamba jalankan dengan sebaik mungkin sebagaimana janji hamba kepada-Mu. Semoga niat itu tak akan terpengaruh oleh niat jahat yang mungkin akan bermunculan kelak. Ya Allah, tak ada keringat yang tak dibayar, hamba juga tahu itu. Juga bahwa Engkau mendengar doa setiap hambanya. Engkau pasti mengabulkannya. Pasti. Walau hamba tak tahu kapan waktu terbaik untuk hamba dalam mendapatkan mimpi itu. Ya Allah kuatkanlah hati hamba dalam menghadapi segala apa yang akan terjadi pada waktu itu. Waktu dimana hamba tau jawaban dari semua doa hamba. Dan jadikanlah selalu hamba, orang yang mencintai-Mu dan Rasulullah tanpa memiliki alasan apapun. Lillahi ta’ala. Amin. 12.00 AM






 

--Ketika ku tersadar bahwa berdoa tidaklah harus dalam sujud terakhir. Tidaklah harus setelah shalat fardhu. Tidaklah harus ketika ku mengenakan pakaian tersuci “mukena”. Karena aku dapat berbicara kapan saja dengan-Nya. Karena aku tau, Dia selalu siap mendengarkanku. Karena aku tau, Dia selalu berada di hatiku. –


[for Me n my dream, My Religion, My Nation - Indonesia, My moeslems family in Palestine, My Parents, My Family, My teachers, My family in G4-CMBBS, the whole people who love me and pray for me, and the whole people whom I loved, either.. the precious one who gives me this big chance, My God. Allah.]

Monday, May 2, 2011

tugas esai diri - AKUSTIKA JTF U*G*M


Nama lengkap saya F*rliyani R*hmatia N*ngsih. Panggil saja F*rli, maka sebuah do’a telah terpanjat dibalik arti nama itu (artinya : ampunilah dosaku). Saya anak pertama dari keluarga yang insyaAllah di rahmati oleh Allah selalu (Amiien..), karena ayah saya bernama Pak R*hmat. Saya 3 bersaudara, selama tujuh belas tahun ini, dan satu-satunya cucu perempuan di keluarga ayah, hingga pada akhirnya satu lagi adik perempuan yang tak terduga lahir ke dunia ini. F*rdaus Nur*hmat S*tiawan, F*rza Ar*hmat Maulana, dan Fauziah R*hmatia C*smirah adalah adik-adik yang memotivasi saya untuk berusaha menjadi kakak yang baik agar dapat menjadi contoh yang terbaik. Saya adalah anak pertama yang berselisih satu tahun dengan adik saya (anak kedua), jadi bisa dikatakan saya tidak pernah tahu apa arti dari kata manja.
Saya lahir di Surabaya, 9 Januari 1994, lebih tepatnya di Waru (perbatasan Siduardjo dan Surabaya) Rumah Sakit Umum Surabaya. Besar disana hingga kelas 2 SD dan setelah itu saya pindah ke Kota Cilegon – Jawa Barat (pada saat itu). Sebelumnya, ibu saya berasal dari Makassar – Sulawesi Selatan, dan ayah berasal dari Cilegon - Banten. Berbicara tentang asal daerah, tentunya sangat erat hubungannya dengan kebudayaan atau adat yang dianut oleh masyarakat setempat, terutama bahasa daerah. Saya dibesarkan di Surabaya yang notabennya menggunakan bahasa Jawa, hingga saya tak pernah mengerti dengan bahasa kedua orang tua saya, juga teman-teman di sekolah yang berbahasa sunda dengan halusnya, akhirnya kami berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sampai sekarang. Sebuah hikmah yang saya pelajari ketika kecil, betapa kayanya negeri ini dengan adat dan budayanya, tapi alat pemersatu selalu dapat mencegah perpecahan keanekaragaman bangsa. Berbanggalah dengan daerah kalian masing-masing wahai pelestari kebudayaan, tapi ketika nama Indonesia tercetus, kalian sungguh adalah satu.
Hobi saya membaca, menulis dan berhitung. Berbicara mengenai hobi, sebenarnya hobi saya banyak. Jika hobi didefinisikan sebagai hal / kegiatan yang disukai ketika mengerjakannya maka hobi saya adalah berhitung, baca koran, baca novel (mulai dari novel inspiratif, berwawasan luas, pembangun jiwa, sampai romance nuansa islami), bulu tangkis, basket, masak, dll. Namun jika hobi diartikan sebagai kegiatan yang paling sering dilakukan, tentu jawabannya adalah berpikir dan belajar. Karena bagi saya setiap detik kehidupan adalah pelajaran yang begitu berharga yang patut dipikirkan, dan semuanya tergantung pada kita yang memetik buah pelajaran dari pohon kehidupan itu.
Tak jauh dari kata hobi, pastilah timbul kata cita-cita. Cita-cita dari gadis kecil ini adalah dokter, karena seperti di doktrin oleh orang tua untuk menyebutkan kata “dokter” jika orang lain bertanya “kalau udah gede Lili mau jadi apa ?” itulah anak kecil yang belum tahu banyak akan dunia di galaksi indahnya. Seiring berjalannya waktu, saya menemukan keinginan yang merujuk pada sebuah propesi / pekerjaan seperti (saat SD) model sampo, (saat SMP) menteri kesehatan, (saat SMA) juru bicara kepresidenan, pembaca berita, reporter, duta bangsa / atase, dosen, penterjemah, dll. Hingga saat-saat terakhir keinginan itu mengerucut pada satu kata dengan keteguhan hati, yaitu (bismillah..) “dokter”.
Berbicara tentang dokter, tahukah kalian mengapa saya menginginkan menjadi dokter ? Jawaban itu saya temukan ketika saya duduk di bangku SMA di tahun terakhirnya. jawaban dari do’a saya yang dikirim lewat heart messanger oleh malaikat2nya yang berbisik dalam hati saya. Dokter adalah pekerjaan yang mulia. Belajar dengan giat dalam waktu yang cukup lama serta latihan yang begitu menuntut propesional seorang yang tulus. Cita-cita saya adalah mendirikan rumah sakit di Palestina, karena dalam dunia peperangan, PMI dan wartawan dilindungi hak mereka untuk menunaikan tugas dan amanahnya. Saya telah berjanji kepada diri saya sejak lama. Sejak saya menyadari bahwa saya tidak memberi kontribusi kepada saudara muslim saya disana. Maka, saya menyiapkan diri untuk mengubah sesuatu yang kecil dengan perlahan tapi pasti, agar kelak saya dapat merubah sesuatu yang begitu besar. Juga harapan ibu saya adalah agar kelak anak gadisnya dapat menjadi dokter. Itu adalah sebagian kecil alasan, mengapa saya begitu menginginkan propesi dokter sampai sekarang.
Pendidikan adalah hal yang wajib untuk diperoleh bagi setiap generasi bangsa. Bangsa ini sungguh membutuhkan para pejuang yang siap tak hanya melawan krisis global. Krisis moral dan ideologi bangsa yang dirusak dengan lembutnya oleh para penjajah, membuat bangsa ini membutuhkan para pejuang yang berpendirian teguh dan kuat dalam rintangan dunia globalisasi. Maka, selama 12 tahun lebih saya mengenyam pendidikan dari level terendah tersebut. Dalam proses itu saya selalu belajar untuk memberi kontribusi kepada lingkungan sekitar saya, salah satu contohnya adalah lomba-lomba baik dalam bidang akademik, maupun non akademik. (open this site if u think imprtant) http://nanonanonoonaorenz.blogspot.com/2009/08/bertualang-edukasi-adalah-hidupku_30.html
Masa kecil adalah masa terindah dalam sebuah proses kehidupan. Anak kecil tidak pernah berpikir banyak mengenai arti kehidupan, namun mereka menjalaninya dengan gembira dan sederhana. Sebuah periode lama yang saya rindukan, dan membuat saya banyak mengerti tentang pola pikir dan perilaku anak kecil. Hingga terbentuklah watak atau karakter kepribadian saya saat ini. Beberapa orang menganggap saya suka berprilaku anak kecil (menurut survei yang pernah saya lakukan), namun beberapa orang mengatakan dewasa di dalam namun anak kecil diluar. Saya kurang dapat mendeskripsikan diri saya dengan baik, karena menurut saya satu-satunya jawaban objektif mengenai kepribadian seseorang adalah pendapat orang lain, bukan diri mereka sendiri. Namun izinkan saya menyampaikan pendapat pribadi saya, mengenai perbedaan anak kecil dan orang dewasa. Jikalau anak kecil ingin disayangi tidak seperti orang dewasa yang ingin dihormati. Anak kecil tidak pernah memikirkan resiko yang akan mereka hadapi jika mengambil suatu tantangan, namun orang dewasa selalu memikirkan kembali tantangan mereka dengan matangnya hingga resiko itu mampu mencapai nilai limit mendekati nol. Kemudian tidak menutup kemungkinan, jika nilai limit itu terlalu jauh dari nol, orang dewasa cenderung menghindari tantangan yang beresiko tersebut. Pada dasarnya anak kecil jauh lebih berani menghadapi tantangan dibanding orang dewasa.
Berbicara mengenai dunia anak kecil tentulah penuh dengan bermain dan belajar. Saya suka mengikuti perlombaan walau tidak semua perlombaan yang saya ikuti itu menang. Sang Juara adalah orang yang siap menang dan siap kalah. Itu saja pepatah yang menarik diri saya untuk mendaftar jika ada perlombaan. Di masa SD dan SMP saya, orang yang mengikuti perlombaan wajib mengikuti seleksi yang ketat di tingkat sekolah dan setelahnya mengikuti penggemblengan yang begitu kuat tempaannya. Ketika pihak sekolah mengetahui kemampuan suatu anak, maka anak itu akan dikirim secara terus menerus untuk meraih nama baik sekolah, hingga tak membuka kesempatan bagi orang lainnya dalam mengukir prestasi di sekolah tersebut.
Pelajaran fisika mengantar saya keluar menuju dunia yang baru. Saya merasa sedang berada dalam roket yang bergerak dengan kelajuan ribuan km per jam, menuju galaksi yang tak sempat terbayang oleh ruang hampa di sudut otak kecil saya. Benar-benar tak pernah saya bayangkan atau niatkan untuk menggeser gambar dokter dengan stetoskopnya dari imajinasi saya. Bermula dari sains club SMP, hingga pelatihan selama 6 bulan oleh sebuah institut terkenal di Bogor, saya mulai nyaman dan menyukai pelajaran fisika. Fisika membawa saya dalam perjalanan panjang yang membuat koleksi piala di etalase sekolah saya bertambah. Alhamdulillah. Esensi dari kata tersebut tak pernah saya lupakan. Namun saya tidak pernah menyangka bahwa fisika pula lah yang mengantarkan saya ke fakultas teknik UGM, seperti saat ini.
Menurut buku yang pernah saya baca, karangan salah satu trainer motivator nasional yang pernah saya temui di IPB, mengatakan, “setiap manusia akan mengalami titik baliknya. Dimana ketika ia sampai pada titik tersebut, dia akan berbalik ke belakang untuk melihat kembali apa yang telah ia lakukan selama ini, mengevaluasinya, dan mempertimbangkan lagi dengan matang untuk mengambil langkah selanjutnya.” Itulah yang saya alami ketika masa SMA, hadir ke dalam kehidupan saya.
Sedikit profil mengenai SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School (SMAN CMBBS) adalah sekolah negeri yang didirikan dan dibawahi langsung oleh propinsi untuk mendidik putra-putri Banten yang diwakili semua kabupaten dan kota yang ada di Banten. Semua siswa mendapat beasiswa penuh, 100%. SMAN CMBBS mengadopsi sistem sekolah negeri unggulan pada proses belajar mengajar di pagi hari, dan untuk kegiatan keasramaan sedikit mengadopsi dari kebijakan peraturan ponpes unggul G*ntor. Hanya beberapa aspek yang diterapkan, hingga para siswa mengikuti peraturan ini dengan seikhlasnya, tanpa paksaan sedikitpun. Tingkat solidaritas terhadap teman satu angkatan begitu tinggi disini. Sekolah inilah yang membantu saya mengerti apa itu jati diri, hingga pada akhirnya saya cukup menyadari jati diri saya.
Sebenarnya, SMAN CMBBS bukan sekolah yang saya favoritkan. Saya telah gagal mendapat sekolah impian saya, karena tes bahasa Arab yang tak pernah sama sekali saya pelajari satu kata pun. Namun siapa sangka, setelah bersekolah di SMA ini, saya menjadi wakil koordinator bagian bahasa (Arab dan Inggris) di OSIS 2009. Itulah hikmah kawan, dan begitu banyak lagi yang tak dapat saya sebutkan, dari keistimewaan sekolah kami itu.
Dunia yang saya diami ini, benar-benar terasa berubah setiap periodenya. Saya merasa pergeseran perilaku, karakter, watak, dll seiring pertumbuhan sekolah berumur jagung ini. Kami adalah perintis. Kamilah yang memberi kesan pertama kepada dunia, bagaimana lulusan yang berkarakter dan berpondasi iman dan taqwa. Tak perlu butuh waktu yang lama untuk menjelaskan siapa kami untuk orang yang tidak melihat buku dari sampulnya. Namun kami mempunyai solusi untuk orang yang jaringan antar akson dan dendritnya cukup bermasalah.
Kehidupan asrama benar-benar dunia baru bagi lembaran hidup saya. Pada awalnya saya mengira semuanya akan monoton karena semua kegiatan tertata dan terjadwal dengan rapi. Semua dilakukan dengan mandiri. Peraturan yang memaksa kami membuat suatu kebiasaan yang pada akhirnya menanam keikhlasan dalam melakukannya. Semua ada prosesnya. Walau pada awalnya terasa begitu berat melakukan revolusi tatanan kehidupan, namun pergerakan ke arah yang positif tetap harus ditempuh. Meskipun tiap harinya berjalan dengan kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya, namun esensi nilai kehidupan yang saya dapatkan tak mampu saya jabarkan dalam lembaran yang menunggu tinta untuk dituangkan.
Begitu banyak orang hebat yang saya temukan dalam masa peralihan itu. Orang-orang hebat itu seolah mengajak saya dalam sebuah jalan lurus yang tak saya ketahui arahnya, yang saya tahu mereka menunggu saya di tempat yang bercahaya. Guru-guru dan al mukarrom asatidz yang dapat memancarkan kharisma dengan pancaran aura tersendiri sungguh dapat saya rasakan. Ketulusan beliau dalam menyampaikan ilmu dunia dan akhirat membuat saya mengevaluasi diri secara besar-besaran. Jati diri itu mulai terlihat dari pelupuk mata ini, yang rumit untuk saya jabarkan melalui rangkaian kata-kata.
Saya seperti tumbuh menjadi manusia baru yang entah bahan bakar apa yang saya gunakan, sehingga semangat kehidupan selalu terasa panas dalam hati ini. Saya tertarik dalam mengkritisi kebijakan pemerintah di dalam maupun luar negeri. Saya tertarik dalam mendalami pola pikir setiap orang yang saya jumpai. Mungkin awalnya saya selalu diam, itu karena saya sedang membaca karakter orang lain, dan menerka arah pola pikir mereka. Saya tertarik untuk menarik orang lain agar berada dalam arah yang sama dengan pola pikir saya. Tanpa saya sadari saya cukup pandai bermain dengan fakta, menghubungkan dengan logika, dan menghasilkan solusi penyelesaian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Ya, saya mulai tertarik dalam kegiatan debat, yang membuat saya nyaman dalam posisi abu-abu. Ketika permainan menugaskan saya untuk mendukung suatu permasalahan, saya mempunyai argumen yang kokoh untuk membelanya, dan ketika itu pula argumen lain timbul dari sudut otak saya yang lain untuk mematahkan argumen sebelumnya. Itulah permainan debat, bukan debat sesungguhnya untuk diimplementasikan dalam kenyataan yang menjunjung keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan perlombaan debat benar-benar mempengaruhi proses pembentukan kepribadian saya. Lomba-lomba pada awalnya berjalan dengan baik, hingga suatu hari sebuah lomba yang menyadarkan saya pelajaran baru yang terlupa. Akhirnya saya memutuskan untuk pensiun dari dunia abu-abu itu, yang membuat saya menjadi orang tidak konsisten dalam menghadapi permasalahan (pandangan pribadi). Tidak berhenti disitu kawan, saya diberi kesempatan untuk membimbing adik-adik saya dan menemani mereka dalam perjalanan lomba di mana pun dan kapan pun. Hikmah uang saku untuk biaya bimbel persiapan snmptn saya peroleh. Semoga sedikit ilmu yang pernah saya sampaikan membawa manfaat bagi orang banyak kelak. Amien.
Kisah putih abu-abu yang baru saja berlalu merupakan khusnul khotimah insyaallah. Akhir yang baik. Saya bersama teman seangkatan datang dari dunia berbeda untuk belajar tinggal di dunia Madani, dan setelah itu kami akan menghadapi dunia yang sesungguhnya. Saatnya kami menyongsong cita-cita yang telah lama kami rajut. Saya tersadar pada sebuah pelajaran, masa dewasa itu telah datang dan hangat menyambut para remaja dini.
Wahai teman, tak pernah sedikitpun saya berpikir untuk belajar dalam dunia teknik, apalagi teknik nuklir. Saya memang selalu berdo’a dan berusaha untuk cita-cita saya, juga banyak hal baru yang saya baru pertama kali saya terpkan demi mensukseskan cita-cita yang indah itu. walau tak pernah sama sekali berdo’a agar saya diterima di teknik nuklir – UGM ini, tapi inilah jawaban dari do’a dan kerja keras saya. Ada Yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi saya, dan pelajaran tawakal baru kali ini saya terapkan seumur hidup saya. Sebuah kesuksesan tidak hanya dinilai dari hasilnya, namun prosesnya. Pelajaran rasa bersyukur itu, harus saya ulangi agar menjadi ahli. Itulah jawaban sang Illahi. :)
Cita-cita adalah pencapaian suatu kegiatan yang diinginkan oleh setiap orang, agar ia merasa puas akan usaha yang telah ia lakukan untuk mengejarnya. Cita-cita saya yang sebenarnya bukanlah dalam bentuk propesi / pekerjaan, namun sebuah harapan untuk bisa memenuhi keinginan orang tua agar mereka tersenyum bangga melihat anaknya dewasa. Betapa besar keinginan orang tua saya untuk menyekolahkan putrinya dalan memperoleh pendidikan di pelataran Teknik fisika UGM ini, dan saya pun tak berkeberatan menunaikan tugas mulia ini. Semoga Allah selalu meridhai jalan yang saya tempuh. Aamiin. Itu harapan di lingkup keluarga, di lingkup bangsa dan negara, saya ingin melakukan suatu hal kecil, yang jika dilakukan terus-menerus dapat memberi kontribusi besar dalam pembangunan negara, juga dunia.
***
Saya berprinsip bahwa orang HEBAT bukanlah orang yang SUKSES, namun orang yang selalu berusaha untuk menjadi SUKSES. Dan orang yang SUKSES bukanlah orang yang HEBAT, namun orang yang selalu berusaha untuk menjadi HEBAT. Karena proses jauh lebih berharga dari hasil, dan baru-baru ini saya diingatkan oleh satu hal besar, bahwa sukses / hebat saja tidak cukup jika tidak MULIA. Maka jadilah orang yang selalu berusaha menjadi hebat / sukses juga MULIA, agar kita dimuliakan juga oleh-Nya. Amin.
Mohon maaf jika dalam tulisan saya terkesan berlebihan dan hal lain yang tidak disukai oleh pembaca. Adalah suatu kewajaran bagi mahasiswa untuk menjunjung idealisme. Namun jika di tengah perjalanan, mahasiswa itu terlupa dari makna idealis, adalah suatu proses bagi dirinya dalam melatih konsistensi diri. Terkadang jatuh itu penting agar ia belajar bagaimana caranya bangkit, berdiri tegak, kembali berjalan, dan berlari, hingga keajaiban datang dan ia terbang.

**Gadis kecil yang mencoba beranjak dewasa n_n