My last praying in last
time of my dream
Semoga hasilnya selalu
yang terbaik, fiiddunya wal aakhiroh.
Semoga yang terbaik itu
adalah FK UGM, Pend. Dokter.
Dan, semoga saya bisa
memahami dengan baik apa itu tawakal.
17
Mei
2011.
Ya Allah, hari ini telah
tiba. Detik2 dimana Engkau akan menjawab semua doa-doa hamba. Hari
dimana hamba telah menanti selama 17 tahun lebih, apakah hamba bisa
mencapai impian hamba. Apakah impian hamba adalah yang terbaik untuk
hamba atau tidak. Mungkin jawabannya “Ya”, menurut hamba, tapi
tidak menurut-Mu, hamba belajar pasrah. Ya Allah, hamba baru tersadar
oleh satu lagi pelajaran yang Kau ajarkan langsung kepada hamba,
mengenai arti pasrah, tawakal, yang mungkin terlupakan karena
ambisius hati. Mungkin tanpa sadar hamba berdoa dalam bentuk
pemaksaan terhadap Engkau. Maka sekali lagi hamba memohon, “Ampunilah
hamba Yaa Rabb”. Ya Allah, hamba sangat bersyukur begitu banyak
nikmat yang kau berikan, harusnya itu tak membuat hamba meminta lebih
banyak lagi dari Engkau. Tapi rasanya hati ini terus menyebutkan
impian itu, entah kapan itu bermula, hingga hamba sulit
mengakhirinya, hingga hamba terus berupaya mewujudkan panggilan hati
hamba. Hamba tau Engkau menyusupkan sesuatu yang tak dapat hamba
pahami, kedalam hati hamba. Hamba tau Engkau bahkan mengirimkan
malaikat2 yang tak dapat hamba ketahui jumlahnya, untuk memberi
semangat kepada hamba, mengingatkan hamba ketika timbul sedikit
pemikiran kufur terhadap-Mu, ketika hamba meragukan
kebesaran-Mu untuk mengabulkan mimpi2 hamba, ketika para yahudi dan
nasrani menari di atas impian hamba. Selalu dan selalu ada yang bisa
menjawab dari logika kritis yang timbul dalam otak ini. Sehingga
timbul keyakinan. Yakin yang begitu yakin, seyakin yakinnya, haqqul
yakin insya Allah terhadapmu Ya Allah. Trimakasih. Harusnya
ketika itu hamba sadar juga apa arti pasrah. Harusnya hamba paham
bahwa tak ada nilai berupa angka pada sistem penilaian mu Ya Allah.
Engkau tak memandang hasil, namun proses atau ikhtiar suatu hambamu
dalam meraih apa yang ia inginkan. Harusnya yang hamba lakukan adalah
melihat kembali niat hamba dalam memimpikan sesuatu. Harusnya hamba
memperbaiki niat itu. Setulus tulusnya sebuah niat. Maka apa yang
telah hamba lakukan pada hari yang tlah lalu, semoga dimata-Mu adalah
waktu yang belum terlambat. Semoga itu adalah niat yang tulus
setulusnya dari dalam hati hamba. Semoga niat itu akan hamba jalankan
dengan sebaik mungkin sebagaimana janji hamba kepada-Mu. Semoga niat
itu tak akan terpengaruh oleh niat jahat yang mungkin akan
bermunculan kelak. Ya Allah, tak ada keringat yang tak dibayar, hamba
juga tahu itu. Juga bahwa Engkau mendengar doa setiap hambanya.
Engkau pasti mengabulkannya. Pasti. Walau hamba tak tahu kapan waktu
terbaik untuk hamba dalam mendapatkan mimpi itu. Ya Allah kuatkanlah
hati hamba dalam menghadapi segala apa yang akan terjadi pada waktu
itu. Waktu dimana hamba tau jawaban dari semua doa hamba. Dan
jadikanlah selalu hamba, orang yang mencintai-Mu dan Rasulullah tanpa
memiliki alasan apapun. Lillahi ta’ala. Amin. 12.00 AM
--Ketika ku tersadar
bahwa berdoa tidaklah harus dalam sujud terakhir. Tidaklah harus
setelah shalat fardhu. Tidaklah harus ketika ku mengenakan pakaian
tersuci “mukena”. Karena aku dapat berbicara kapan saja
dengan-Nya. Karena aku tau, Dia selalu siap mendengarkanku. Karena
aku tau, Dia selalu berada di hatiku. –
[for Me n my dream, My Religion, My Nation - Indonesia, My moeslems family in Palestine, My Parents, My Family, My teachers, My family in G4-CMBBS, the whole people who love me and pray for me, and the whole people whom I loved, either.. the precious one who gives me this big chance, My God. Allah.]
No comments:
Post a Comment